A. Apa itu GIS?
GIS adalah singkatan dari Geographic
Information System yang merupakan suatu alat yang dapat digunakan untuk
mengelola (input, manajemen, dan output) data spasial atau data yang
bereferensi geografis. Setiap data yang merujuk lokasi di permukaan bumi dapat
disebut sebagai data spasial bereferensi geografis. Data GIS dapat dibagi
menjadi dua macam, yaitu data grafis dan data atribut atau tabular. Data grafis
adalah data yang menggambarkan bentuk atau kenampakan objek di perukaan bumi.
Sedangkan data tabular adalah data deskriptif yang menyatakan nilai dari data
grafis tersebut.
GIS merupakan
suatu sistem berbasis pendekatan spasial yang kini banyak
digunakan dalam berbagai bidang. Dalam bidang pengelolaan sumber daya
alam, GIS digunakan dalam inventarisasi, manajemen, dan kesesuaian
lahan untuk pertanian, perkebunan, kehutanan, perencanaan tata guna lahan,
analisis daerah rawan bencana alam, dan sebagainya. Dalam bidang
kependudukan, GIS berguna untuk penyusunan data pokok, penyediaan
informasi kependudukan/sensus dan sosial ekonomi.
Menurut Prahasto
(2003), SIG atau Sistem Informasi Geografi adalah suatu sistem informasi yang
dirancang untuk bekerja dengan data yang bereferensi spasial atau berkoordinat
geografi atau dengan kata lain SIG merupakan suatu sistem basis data dengan
kemampuan khusus untuk menangani data yang bereferensi keuangan (spasial)
bersamaan dengan seperangkat operasi kerja.
Menurut Murai (2000),
GIS merupakan sistem
informasi yang
digunakan untuk memasukkan, menyimpan, memanggil kembali, mengolah,
menganalisis, dan menghasilkan data bereferensi geografis atau
data geospasial, untuk mendukung pengambilan keputusan dalam perencanaan
dan pengelolaan penggunaan lahan, sumber daya alam, lingkungan, transportasi,
fasilitas kota,dan pelayanan umum lainnya.
GIS sebagai suatu kumpulan yang terorganisir
dari perangkat keras komputer, perangkat lunak, data geografi, dan personil
yang dirancang secara efisien untuk memperoleh, menyimpan, mengupdate,
memanipulasi, menganalisis, dan menampilkan semua bentuk informasi yangbereferensi
geografi.
GIS
ini telah banyak membantu para ahli dalam mengumpulkan data secara cepat.
Misalnya dalam mengetahui seberapa besar kerusakan yang diakibatkan tsunami di
Aceh beberapa tahun yang lalu. Pencitraan jarak jauh lewat satelit dapat
memberitakan secara cepat perbedaan ujung utara pulau Sumatera itu sebelum dan
sesudah terjadinya tsunami.
Sumber data untuk keperluan GIS dapat berasal
dari data citra, data lapangan, survey kelautan, peta, sosial ekonomi, dan GPS.
Selanjutnya diolah di laboratorium atau studio GIS dengan software tertentu
sesuai dengan kebutuhannya untuk menghasilkan produk berupa informasi yang
berguna, bisa berupa peta konvensional, maupun peta digital sesuai keperluan
user, maka harus ada input kebutuhan yang diinginkan.
GIS juga membantu
dalam pertanian antara lain mencakup inventarisasi, manajemen, dan kesesuaian
lahan untuk pertanian, perkebunan, perikanan, kehutanan, perencanaan tata guna
lahan, dan sebagainya. Contoh-contoh pemanfaatan GIS digunakan untuk:
a) Memprediksi kondisi kekeringan.
b) Memonitor sumber daya air.
c) Visualisasikan data remote sensing.
d) Model data dari berbagai sumber.
e) Mengevaluasi dampak ekonomi dan lingkungan.
f) Berbagi data dan peta antar lembaga / institusi.
g) Mematuhi peraturan perencanaan dan pelaporan.
h) Mendidik dan menyarankan masyarakat melalui layanan online.
GIS dengan kemampunnya
sebagai penyimpan data yang baik serta mampu memanejemen data walaupun jumlah
data itu begitu besar, akan sanggup menerima tantangan tersebut. Selain dapat
memajemen data dari berbagai bentuk, pengintergrasian antara data spasial dan data
atribut dalam suatu analisis akan dapat memberikan gambaran nyata tentang
kondisi suatu daerah (spasialnya) serta informasi (data atribut) dari daerah
tersebut dalam waktu bersamaan.
Pemisahan data dari keadan normal dengan akibat variasi
iklim atau akibat pengolahan yang kurang baik dapat dilakukan dengan cepat dan
mudah dengan bantuan fungsi klasifikasi dan generalisasi dalam GIS. Proses
peramalan dapat juga dilakukan dengan memanfaatkan data-data yang telah ada.
Pendugaan dengan beberapa asumsi tersebut akan langsung memperlihatkan hasil
dalam bentuk suatu peta sehingga dapat menghasilkan kemungkinan-kemungkinan
terbaik dalam pengambilan keputusan suatu perencanaan serta dengan didukung
oleh alternatif-alternatif lain. Penggunaan data dari citra satelit akan sangat
mempengaruhi kecepatan perencanaan dimana dari data ini kita akan secara cepat
mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi pada suatu lahan.
Ada banyak faktor yang mempengaruhi implementasi GIS
dalam suatu perkerjaan sehingga perlu diperhatikan hal-hal berikut ini sebelum
mengimplemantasikan GIS untuk menunjang pertanian berkelanjutan:
a) Dukungan manajemen
Proyek GIS biasanya
dilakukan oleh sebuah instansi atau organisasi. Dukungan dari pimpinan
organisasi akan mempengaruhi kalancaran implemntasi GIS dimana tanpa dukungan
penuh dari pimpinan akan menyebabkan kecendrungan kegagalan dari implementasi GIS.
b) Keadaan data
Pada awalnya bagian
pekerjaan terbesar dari GIS adalah mengkonversi data dari analog ke data
digital. Pekerjaan ini membutuhkan biya yang tidak sedikit sehingga
pertimbangan tentang data-data apa saja yang perlu dikonversikan merupakan hal
sangat penting.
c) Tenaga kerja (user)
Masalah yang sering
dihadapi dalam pengimplementasian GIS adalah kurangnya tenaga kerja yang
menjalankan GIS tersebut. Kurangnya tenaga kerja tersebut disebabkan oleh
keterbatasan pengetahuan dari tenaga kerja tentang GIS. Oleh karena itu
pendidikan terhadap tenaga kerja sangat diperlukan dalam hal ini.
d) Biaya
Biaya merupakan faktor
penentu dalam pengimplentasian GIS. implementasi GIS membutukan biaya yang
sangat besar, khususnya pada pada awal pembentukkannya seperti biaya yang
dibutuhkan untuk menyediakan perangkat keras dan perangkat lunak, biaya
pengkonversian data dan lain sebagainya.
B. Contoh Aplikasi GIS di Bidang Pertanian
1. Pemantauan Produksi
Aplikasi GIS di bidang pertanian sangat
dibutuhkan untuk mendapatkan hasil produksi yang maksimal dan memuaskan. Aspek-aspek
yang biasanya menggunakan aplikasi GIS adalah pada bagian pemetaan atau
peletakan komoditas yang sesuai dengan keadaan lahan pertanian tersebut.
Peningkatan produksi dengan
masukan bahan kimia yang rendah, seperti pemupukan, sangat diperlukan karena
sejak tahun 1980 kegiatan pertanian untuk produksi pangan yang tidak terkontrol
menjadi penyebab pencemaran lingkungan. Sebagai contoh aplikasi
pupuk nitrogen dan fosfor yang berlebihan menjadi penyebab terjadinya pemanasan
global dan hujan asam. Salah satu masalah utama yang dihadapi bagi
kehidupan manusia adalah pencemaran air tanah oleh nitrogen nitrat.
Salah satu contoh aplikasi GIS di
bidang
pertanian yaitu modeling
produksi tanaman. Permodelan dengan menggunakan GIS menawarkan suatu mekanisme yang
mengintegrasikan berbagai jenis data (biofisik) yang dikembangkan atau digunakan
dalam penelitian pertanian. Monitoring kondisi tanaman pertanian sepanjang
musim tanaman serta prediksi potensi hasil panen berperan penting dalam menganalisis
produksi musiman. Informasi hasil panen yang akurat dan terkini sangat dibutuhkan
oleh departemen pertanian di berbagai negara.
Aplikasi GIS juga sangat membantu
dalam memantau keadaan-keadaan di sekitar wilayah pertanian
tersebut, misalnya dalam mengetahui wilayah-wilayah yang terserang hama
atau penyakit, wilayah-wilayah yang telah siap diproduksi.
Pemantauan ini dilakukan dari jarak jauh dengan menggunakan aplikasi dengan
sistem monitoring.
2. Penilaian Risiko
Usaha di
bidang pertanian pastinya tidak lepas dari adanya manajemen resiko baik
dari resiko keuangan maupun fisik. Resiko keuangan yaitu resiko yang langsung
berhubungan dengan hasil produksi pertanian, sedangkan resiko fisik seperti
kekeringan, serangan hama dan penyakit, serta kebanjiran.
GIS dapat digunakan untuk membantu mengelola sumberdaya pertanian dan
perkebunan skala kawasan yang luas secara optimal dengan resiko gagal tanam dan
gagal panen minimum. GIS menetapkan masa tanam yang tepat, memprediksi masa
panen, mengembangkan sistem rotasi tanam, dan melakukan perhitungan secara
tahunan terhadap debit, curah hujan dan skenario pola tanam
dan jenis tanam yang paling menguntungkan secara ekonomi dan teknis.
Dalam teknologi pangan,
GIS dapat digunakan untuk memetakan keberadaan tanaman pangan. Aplikasi GIS
yang digunakan dalam teknologi pangan yaitu foodtrace
dan quality trace. Aplikasi ini telah
dikembangkan oleh Thailand. Dengan aplikasi ini kita dapat memperoleh informasi
mengenai bahan baku suatu produk baik itu dari segi mutu dan asal bahan
baku. Di Thailand, salah satu perusahaan pengalengan jagung menggunakan
aplikasi ini untuk mencantumkan informasi bahan baku dan ada kode-kode yang
dapat dicek oleh konsumen untuk mengetahui asal bahan baku. Selain itu, GIS
juga dapat dipergunakan untuk memetakan ketahanan pangan suatu wilayah
berdasarkan data-data yang dimasukkan dalam GIS.
Penilaian resiko bisnis dilakukan dengan
mengukur nilai penyimpangan yang terjadi. Terdapat beberapa ukuran resiko yaitu nilai varian (variance),
standar deviasi (standard deviation),
dan koefisien variasi (coefficient
variation). Secara praktis, pengukuran varian
dari penghasilan (return) merupakan
penjumlahan selisih kuadrat dari return dengan ekspektasi return dikalikan
dengan peluang dari setiap kejadian. Standar deviasi
dapat diukur dari akar kuadrat dari nilai varian. Koefisien variasi dapat diukur dari rasio standar deviasi
dengan return yang diharapkan (expected
return) dari suatu aset. Penghasilan (return)
yang diperoleh dapat berupa pendapatan, produksi atau harga. Koefisien variasi
menunjukkan variabilitas return dan biasanya dihitung sebagai nilai persentase.
Jika data penghasilan yang diharapkan (expected
return) tidak tersedia dapat digunakan nilai rata-rata return.
Pelaku bisnis termasuk petani harus berhati-hati dalam menggunakan varian
dan standar deviasi untuk meperbandingkan risiko, karena keduanya bersifat
absolut dan tidak mempertimbangkan resiko dalam
hubungannya dengan hasil yang diharapkan. Untuk membandingkan aset
dengan return yang diharapkan, pelaku bisnis atau petani dapat menggunakan
koefisien variasi. Nilai koefisien variasi merupakan ukuran yang
sangat tepat bagi petani sebagai pengambil keputusan dalam memilih salah satu
alternatif dari beberapa kegiatan usaha untuk setiap return yang
diperoleh. Dengan menggunakan ukuran koefisien variasi, perbandingan
di antara kegiatan usaha sudah dilakukan dengan ukuran yang sama, yaitu risiko
untuk setiap return.
Selain itu
penggunaan GIS juga dicontohkan dalam kegiatan dalam mendeteksi kemungkinan
terjadinya banjr bandang dan erosi. Seperti yang kita ketahui bahwa di
Indonesia terjadi climate change
secara perlahan sehingga frekuensi dan volume hujan menjadi tidak menentu,
terkadang frekuensi dan volumenya sedikit, terkadang juga sebaliknya. Untuk
mengatasi hal ini, dilakukan kegiatan survei mengenai kemungkinan terjadinya
bencana dengan mempertimbangkan faktor-faktor didalamnya.
3. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman
Serangan organisme
pengganggu tanaman (OPT) baik hama maupun penyakit relative tinggi setiap tahun
dan berpengaruh terhadap produksi padi. Gangguan tersebut belum dapat
dikendalikan secara optimal sehingga mengakibatkan kerugian yang cukup besar
baik berupa kehilangan hasil, menurunkan mutu, terganggunya kontinuitas
produksi, serta penurunan pendapatan petani. Di masa depan diperkirakan
gangguan OPT akan semakin kompleks, antara lain akibat perubahan fenomena iklim
global yang berpengaruh terhadap pola musim atau cuaca lokal yang sangat erat
kaitannya dengan perkembangan OPT.
Penerapan GIS pada
bidang pertanian khususnya pada bidang hama dan penyakit tumbuhan yaitu pemetaan,
yang mengenai analisis keruangan (spasial) dan modeling. Analisis spasial dan
modeling merupakan suatu metode dalam memahami dan menilai keadaan yang
didasarkan pada informasi yang mencakup lokasi atau tempat, dalam metode ini
tercakup berbagai analisis dan penilaian sejumlah data dan informasi baik yang
berupa peta atau laporan yang diidentifikasi secara geografis.
Contohnya adalah
pemetaan penyebaran penyakit di beberapa wilayah baik itu penyakit lama atau
penyakit baru sehingga dengan pemanfaatan GIS dapat dilakukan pencegahan. Dalam
bidang hama dan penyakit tumbuhan, penerapan GIS dilakukan untuk melaksanakan
pengendalian secara dini yang bersifat kewilayahan.
Pemanfaatan
GIS dalam pengendalian OPT suatu tanaman yaitu dapat melakukan peramalan yang bertujuan untuk memprediksi kemungkinan
penyebaran dan akibat yang ditimbulkan serangan OPT dalam ruang dan waktu
tertentu. Sehingga dapat dilakukan upaya responsif, baik dalam penggunaan musuh
alami, pestisida alami, pestisida kimia, atau pengendalian mekanis. Dengan
pemanfaatan GIS serangan akan adanya penyakit dapat lebih diantisipasi.
4. Pemantauan Budidaya Pertanian
GIS dapat digunakan untuk membantu mengelola
sumberdaya pertanian dan perkebunan seperti luas kawasan untuk tanaman,
pepohonan, atau saluran air. GIS dapat digunakan untuk pemantauan dalam tahap
budidaya tanaman seperti dalam menetapkan masa panen, mengembangkan sistem
rotasi tanam, dan melakukan perhitungan secara tahunan terhadap kerusakan tanah
yang terjadi karena perbedaan pembibitan, penanaman, atau teknik yang digunakan
dalam masa depan. GIS membantu neginventarisasi data-data
lahan perkebunan tebu menjadi lebih cepat dianalisis, seperti
pada proses pembibitan, proses penanaman yang dapat dikelola oleh pengelola
kebun.
Sebagai contoh dengan penggunaan aplikasi GIS
kita dapat mengetahui keadaan tanaman, parameter tanah,
informasi mengenai lingkungan tumbuh di lapang, mendeteksi
pertumbuhan tanaman, kadar air tanah dan tanaman, hama dan penyakit tanaman,
pemetaan sumber daya, irigasi, mengetahui kebutuhan pupuk, menentukan posisi
lahan, monitoring lingkungan, dan lain sebagainya. GIS juga dapat digunakan untuk
membuat peta persebaran tanaman pangan dalam suatu wilayah, peta persebaran
komoditi hortikultura, jenis tanah, dan lain sebagainya.
5. Presisi Pertanian
Pertanian Presisi (precision farming/PF)
merupakan informasi dan teknologi pada sistem pengelolaan pertanian untuk
mengidentifikasi, menganalisa, dan mengelola informasi keragaman spasial dan
temporal di dalam lahan untuk mendapatkan keuntungan optimum, berkelanjutan,
dan menjaga lingkungan. Tujuan dari PF adalah mencocokkan
aplikasi sumber daya dan kegiatan budidaya pertanian dengan kondisi tanah dan
keperluan tanaman berdasarkan karakteristik spesifik lokasi di dalam
lahan. Hal tersebut berpotensi diperolehnya hasil yang lebih besar
dengan tingkat masukan yang sama (pupuk, kapur, herbisida, insektisida,
fungisida, bibit), hasil yang sama dengan pengurangan input, atau hasil lebih
besar dengan pengurangan masukan dibanding sistem produksi pertanian yang
lain. PF mempunyai banyak tantangan sebagai sistem produksi tanaman
sehingga memerlukan banyak teknologi yang harus dikembangkan agar dapat
diadopsi oleh petani. PF merupakan revolusi dalam pengelolaan
sumber daya alam berbasis teknologi informasi.
Tujuan dari aplikasi sistem informasi geografis dalam pertanian
presisi adalah mempermudah dan mempercepat pengolahan dan penampilan data
sebagai bagian dari sistem pendukung keputusan yang dibangun untuk strategi
pemupukan pada budidaya tebu dengan pendekatan pertanian presisi. Pelaksanaan PF merupakan suatu siklus yang berkesinambungan dari tahap
perencanaan (planning season), tahap pertumbuhan (growing season),
dan tahap pemanenan (harvesting season).
Pada saat ini banyak
produsen tanaman menerapkan site-specific
crop management (SSCM ). Pemantauan hasil secara elektronis (electronic yield monitoring) sering kali
menjadi tahap pertama dalam mengembangkan SSCM atau program PF. Data
hasil tanaman yang presisi dapat digabungkan dengan data tanah dan lingkungan
untuk memulai pelaksanaan pengembangan sistem pengelolaan tanaman secara
presisi (precision crop management
system).
PF diprediksi
pada geo-referencing, yaitu penandaan
koordinat geografi untuk titik-titik pada permukaan bumi. Dengan global postioning system
(GPS ) dimungkinkan menandai koordinat geografi untuk beberapa objek atau
titik dalam 5 cm, walaupun keakuratan dari aplikasi pertanian kisaran umumnya
adalah 1 sampai 3 meter. GPS adalah sistem navigasi berdasarkan satelit yang
dibuat dan dioperasikan oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat. GPS telah
terbukti menjadi pilihan dalam postioning
system untuk PF. Metode untuk meningkatkan keakuratan pengukuran
posisi disebut koreksi diferensial
atau DGPS (differential global
postiong system). Perangkat keras yang diperlukan yaitu GPS receiver, differential correction signal receiver, GPS antenna, differential
correctionantenna, dan computer/monitor
interface.
PF sebagai
teknologi baru yang sudah demikian berkembang di luar Indonesia perlu segera
dimulai penelitiannya di Indonesia untuk memungkinkan perlakuan yang lebih
teliti terhadap setiap bagian lahan sehingga dapat meningkatkan produktivitas
dengan meningkatkan hasil, menekan biaya produksi dan mengurangi dampak
lingkungan. Maksud tersebut dapat dicapai
dengan PF melalui kegiatan pembuatan peta hasil (yield map), peta tanah (soil
map), peta pertumbuhan (growth map),
peta informasi lahan (field information
map), penentuan laju aplikasi (variable
rate application), pembuatan yield sensor, pembuatan variable
rate applicator, dan lain-lain. Penggabungan peta hasil, peta tanah, peta
pertumbuhan tanaman menghasilkan peta informasi lahan (field information map) sebagai dasar perlakuan yang sesuai dengan
kebutuhan spesifik lokasi yaitu dengan diperolehnya variable rate application. Pelaksanaan kegiatan ini akan lebih
cepat dan akurat apabila sudah tersedia variable rate applicator.
6.
Manajemen Sumberdaya
Air
GIS bukan sebuah sistem yang mampu membuat
keputusan secara otomatis. GIS hanya sebuah sarana untuk mengambil data,
menganalisanya, dari kumpulan data berbasis pemetaan untuk mendukung proses
pengambilan keputusan. Teknologi GIS irigasi dapat membantu berbagai kegiatan
pekerjaan seperti keputusan luas tanam aman berdasarkan informasi debit,
membantu memecahkan masalah yang berkaitan dengan kekeringan, atau
keputusan tentang lokasi jaringan irigasi mana yang perlu direhabilitasi. GIS
juga bisa digunakan untuk membantu meraih keputusan mengenai lokasi bendung
baru yang memiliki sedikit mungkin dampak lingkungan atau minimal dalam
pembebasan lahan pemukiman, berada di lokasi yang memilki resiko paling
sedikit, dan berada pada posisi topografi yang optimal untuk mengairi arel yang
paling luas.
Rice
Irrigation Management System (RIMS) di Tanjung
Karang, Malaysia Sistem ini dikembangkan oleh Eltaeb Saeed, Rowshon,
M.K., Amin, M.S.M. Tujuan pembangunan RIMS yang
didukung teknologi GIS (Geographic
Information System) adalah untuk melakukan efisiensi penggunaan
air dan meningkatkan produktifitas lahan pertanian. Teknologi
GIS berfungsi untuk menyimpan data ke dalam basis data komputer sehingga
memungkinkan untuk melakukan analisa wilayah geografi dalam hal
ini wilayah yang dilalui saluran irigasi. Kemampuan sistem RIMS yang menggunakan
teknologi GIS dapat mengembangkan manajemen air dengan baik. Sistem
RIMS diterapkan di wilayah irigasi Tanjung Karang, Malaysia.
Perencanaan dan pengelolaan sumberdaya air yang baik mutlak
diperlukan untuk menjaga kelestariannya. Untuk itu dipelukan informasi yang
memadai yang bisa digunakan oleh pengambil keputusan, termasuk diantaranya
informasi spasial. Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan teknologi spasial
yang sedang berkembang saat ini. Sebagaian besar aplikasi SIG untuk pengelolaan
sumberdaya air masih sangat kurang di negara Indonesia meskipun perkembangan
SIG sudah maju pesat di negara-negara lain. Perencanaan dan pengelolaan
sumberdaya air harus dilakukan terpadu mulai dari sumber air sampai dengan
pemanfaatannya. Informasi secara spasial akan sangat membantu pada proses
pengambilan keputusan dalam pengelolaan sumberdaya air.
7.
Kajian Biodiversitas Bentang Lahan untuk Kegiatan Pertanian
Berlanjut
Pertanian berkelanjutan harus mampu
memanfatkan sumber daya secara efisien dan berinteraksi secara sinergis dengan
subsistem pembangunan berkelanjutan lainnya. Mantap secara ekologi, yang
berarti kualitas sumber daya alam dipertahankan dan kemampuan agroekosistem
secara keseluruhan, dari manusia, tanaman dan hewan sampai organisme tanah
ditingkatkan (biodiversitas). Kedua hal ini akan dipenuhi jika tanah dikelola
dan kesehatan tanaman maupun masyarakat dipertahankan melalui proses biologis
(regulasi sendiri). Sumber daya lokal dipergunakan sedemikian rupa sehingga
kehilangan unsur hara, biomassa, dan energi bisa ditekan serendah mungkin dan
mampu mencegah pencemaran.
Penggunaan GIS dalam aspek
konservasi hutan dan keragaman hayati, menentukan area prioritas dan hotspot
dari keragaman hayati adalah hal paling mendasar. Aplikasi GIS untuk ini, baik
di negara maju maupun di negara berkembang, sudah cukup banyak. Hutan tropis
mempunyai peranan yang signifikan dalam perubahan iklim global. GIS merupakan
alat yang sangat berguna dalam penelitian perubahan iklim, yaitu dalam hal
pengorganisasian data, dalam bentuk basis data global, dan kemampuan analisa spasial
untuk pemodelan. Aplikasi GIS untuk penelitian perubahan iklim berkembang pesat,
tetapi untuk negara berkembang masih sangat terbatas. Basis data spasial akan semakin
penting dalam hal mendukung pengambilan keputusan yang berkaitan dengan
pengelolaan hutan. Beberapa basis data global yang mencakup area hutan tropis
sudah tersedia, yaitu meliputi basis data topografi, hutan tropis basah, iklim global,
perubahan iklim global, citra satelit, konservasi dan tanah.
C. Penerapan masing-masing
Contoh Aplikasi GIS dalam Sistem Pertanian
GIS atau Geographical
Information System adalah suatu teknologi informasi yang melibatkan data
rupa bumi (data geospatial) yang sudah berwujud digital, dengan data-data lain
yang berkaitan dengan data keruangan. Teknologi ini sangat membantu pengelolaan
informasi proses bisnis yang berkaitan dengan penyebaran pada letak
geografisnya. Misalnya penggunaan lahan untuk dunia pertanian, potensi-potensi
yang dimiliki lahan, penyebaran penduduk dan pemukimannya, serta penyebaran
penyakit. Bahkan ada lembaga yang berkaitan dengan CSR (Corporate Social Responsibility) yang memanfaatkan GIS ini untuk
menyebarkan informasi mengenai CSR yang telah dijalankan pada suatu lingkup
daerah, beserta potensi yang disarankan untuk CSR pada daerah-daerah tersebut.
Sumber
data untuk keperluan GIS dapat berasal dari data citra, data
lapangan, survey kelautan, peta, sosial ekonomi, dan
GPS. Selanjutnya diolah dilaboratorium atau studio GIS
dengan software tertentu sesuai dengan kebutuhannya untuk
menghasilkan produk berupa informasi yang berguna, bisa berupa
peta konvensional, maupun peta digital sesuai keperluan user, maka harus ada
input kebutuhan yang diinginkan user. Komponen utama Sistem Informasi Geografis dapat dibagi ke dalam
lima komponen utama, yaitu:
ü Perangkat
keras (Hardware)
ü Perangkat
lunak (Software)
ü Pemakai
(User)
ü Data
ü Metode
1)
Tempat Pelaksanaan dan
Sistem Pertanian
Dengan
aplikasi GIS, kita dapat menentukan kawasan-kawasan yang diprioritaskan menjadi
pilot/demonstration activities.
a. Gambaran Perubahan Penutupan Lahan
Dalam
suatu aplikasi GIS dan Remote Sensing, salah satu metode yang paling banyak
digunakan adalah membandingkan antara dua peta dengan tema yang sama pada tahun
yang berbeda. Sehingga dapat diketahui perubahan penggunaan lahan yang terjadi
antara tahun pertama dan tahun kedua. Hasil proses ini dapat digunakan untuk
memonitoring perubahan luas penggunaan lahan dari waktu ke waktu. Unsur
masing-masing peta biasanya memiliki klasifikasi yang sama agar perubahan bisa
dipantau secara setara. Selain monitoring, aplikasi dengan proses ini dapat
digunakan pula untuk tema yang berbeda, dengan maksud untuk mengetahui keadaan
suatu wilayah berdasarkan informasi dua tema yang berbeda, seperti luas
penggunaan lahan dalam satuan wilayah administrasi, dan sebagainya.
b. Penentuan Tingkat Kekritisan Lahan
Teknologi
pemodelan dan analisis GIS dapat membantu menentukan tingkat kekritisan lahan,
baik dalam kawasan hutan maupun di luar kawasan hutan. Aplikasi yang digunakan
dalam pemodelan lahan kritis tersusun atas beberapa kondisi fisik kawasan,
yakni produktivitas lahan, tingkat kelerengan, tingkat erosi, prosentase batuan
dan manajemen penggunaan lahan. Setiap kondisi fisik kawasan memiliki bobot
kontribusi yang berbeda dalam pembentukan lahan kritis. Kriteria dan bobot
kontribusi penentuan lahan kritis tetap mengacu pada peraturan yang berlaku.
c. Penentuan Arahan Lahan
Penentuan
batas-batas keserasian sumberdaya air merupakan salah satu aspek utama dalam
pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) sebagai bahan pertimbangan penyusunan
konsep tata ruang kawasan. Ketetapan penataan tata ruang didasarkan pada tiga
faktor yaitu lereng lapangan, jenis tanah menurut kepekaannya terhadap erosi
dan intensitas hujan harian wilayah yang bersangkutan. Masing-masing faktor
ditampilkan dalam tiap-tiap unit lahan untuk mendapatkan angka skor yang secara
makro dipergunakan untuk menetapkan arahan penggunaan lahan sebagai kawasan
lindung, kawasan penyangga, kawasan budidaya atau kawasan pemukiman. Aplikasi
GIS dapat menyajikan Peta Arahan Penggunaan Lahan yang dibuat dari komposit
Peta Kelerengan, Peta Jenis Tanah dan Peta Curah Hujan. Dari ketiga peta ini
dipilih masing-masing data atributnya yang akan digunakan sebagai dasar dalam
membuat peta baru (Peta Arahan).
2)
Data Spasial yang
Digunakan
Untuk mendukung suatu
Sistem Informasi Geografis, pada prinsipnya terdapat dua jenis data, yaitu:
a. Data
spasial
Data yang berkaitan dengan aspek
keruangan dan merupakan data yang menyajikan lokasi geografis atau gambaran
nyata suatu wilayah di permukaan bumi. Umumnya direpresentasikan berupa grafik,
peta, atau pun gambar dengan format digital dan disimpan dalam bentuk koordinat
x,y (vektor) atau dalam bentuk image (raster) yang memiliki nilai tertentu.
b. Data
non-spasial
Data non-spasial disebut
juga data atribut, yaitu data yang menerangkan keadaan atau informasi-informasi
dari suatu objek (lokasi dan posisi) yang ditunjukkan oleh data spasial. Salah
satu komponen utama dari GIS adalah perangkat lunak (software). Dalam
pendesainan peta digunakan salah satu software GIS yaitu MapInfo Profesional
8.0. MapInfo merupakan sebuah perengkat lunak Sistem Informasi Geografis dan pemetaan
yang dikembangkan oleh MapInfo Co. Perangkat lunak ini berfungsi sebagai alat
yang dapat membantu dalam memvisualisasikan, mengeksplorasi, menjawab query,
dan menganalisis data secara geografis.
3)
Manfaat Aplikasi GIS di
Bidang Pertanian
Dalam dunia
yang serba digital sekarang ini, ditambah lagi teknologi yang terus berkembang,
penerapan aplikasi teknologi dalam berbagai bidang pun terus dilakukan, tidak
terkecuali dalam sektor pertanian, sektor perekonomian utama di Indonesia
mengingat sebagian besar penduduknya menggantungkan hidup dalam dunia
pertanian. Salah satu contohnya adalah aplikasi GIS atau Geographical Information System. GIS ini sudah banyak membantu para
ahli dalam mengumpulkan data secara cepat. Seperti yang telah dijelaskan, peran GIS seperti pada pemantauan
produksi dibidang pertanian, penilaian resiko usaha pertanian, pengendalian
hama dan penyakit, pemantuan budidaya pertanian, presisi pertanian, pengelolaan
sumberdaya air dan kajian biodiversitas bentang lahan untuk kegiatan pertanian
berlanjut sangatlah bermanfaat. Secara
garis besar, yang dapat dilakukan GIS dalam bidang pertanian yaitu mencakup
inventarisasi, manajemen, dan kesesuaian lahan untuk pertanian, perkebunan,
perikanan, kehutanan, perencanaan tata guna lahan, dan sebagainya. Yang dapat
dibantu GIS untuk dunia pertanian yaitu:
a.
Mengelola
Produksi Tanaman
GIS dapat digunakan untuk
membantu mengelola sumber daya pertanian dan perkebunan seperti luas kawasan
untuk tanaman, pepohonan, atau saluran air. Kita dapat menggunakan GIS untuk
menetapkan masa panen, mengembangkan sistem rotasi tanam, dan melakukan
perhitungan secara tahunan terhadap kerusakan tanah yang terjadi karena
perbedaan pembibitan, penanaman, atau teknik yang digunakan dalam masa panen.
b.
Mengelola
Sistem Irigasi
Kita dapat menggunakan GIS
untuk membantu memantau dan mengendalikan irigasi dari tanah-tanah pertanian.
GIS dapat membantu memantau kapasitas sistem, katup-katup, efisiensi, serta
distribusi menyeluruh dari air di dalam sistem.
c. Perencanaan dan riwayat
sumber daya kehutanan
Perencanaan dan riwayat manajemen pertanahan serta integrasinya
dengansistem hukum dan integrasinya dengan manajemen basis data relasional sistem-sistem.
Walaupun saat ini penggunaan GIS dalam bidang pertanian belum umum dipakai, karena seringnya
GIS dia\pakai untuk
melihat kerusakan lahan akibat bencana alam, tapi bukannya tidak mungkin penerapan GIS dalam dunia pertanian akan semakin sering dipakai. Sistem
GIS ini bukan semata-mata software atau aplikasi komputer, namun merupakan keseluruhan dari pekerjaan managemen
pengelolaan lahan pertanian, pemetaan lahan, pencatatan kegiatan harian
di kebun menjadi database, perencanaan sistem dan lain-lain. Sehingga bisa dikatakan merupakan
perencanaan ulang pengelolaan pertanian menjadi sistem yang terintegrasi.
D. Peluang masing-masing
Contoh Aplikasi GIS Diterapkan di Salah Satu Sistem Pertanian di Indonesia
Menuju Penerapan Pertanian Berlanjut
Teknologi informasi
komunikasi merupakan faktor yang sangat penting dalam mendukung sistem pertanian berkelanjutan dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia
dan pelayanan pemerintah kepada masyarakat yang
mengarah pada pembangunan pertanian. Teknologi informasi mempunyai tiga peranan pokok:
1.
Instrumen
dalam mengoptimalkan proses pembangunan, yaitu dengan memberikan dukungan
terhadap manajemen dan pelayanan kepada masyarakat.
2.
Produk
dan jasa teknologi informasi merupakan komoditas yang mampu memberikan peningkatan
pendapatan baik bagi perorangan, dunia usaha dan bahkan negara dalam bentuk
devisa hasil eksport jasa dan produk industri telematika.
3.
Teknologi
informasi bisa menjadi perekat persatuan dan kesatuan bangsa, melalui pengembangan
sistem informasi yang menghubungkan semua institusi dan area seluruh wilayah
nusantara.
Kesadaran
pentingnya teknologi komunikasi dan informasi yang biasanya disebut ICT (Information and Communicatinn Technologi),
bukan hanya monopoli kalangan pengusaha besar saja tetapi juga bertumbuh di
kalangan pengusaha kecil dan kekuatan-kekuatan masyarakat lain, seperti
Koperasi, Kelompok Tani, dan masyarakat biasa. ICT diyakini berperan penting
dalam pengembangan bisnis, kelembagaan organisasi, dan juga mampu mendorong
percepatan kegiatan ekonomi dan taraf hidup masyarakat.
Manfaat yang dapat diperoleh
melalui kegiatan aplikasi teknologi informasi dan komunikasi khususnya dalam
mendukung pembangunan pertanian berkelanjutan di antaranya adalah:
a.
Mendorong
terbentuknya jaringan informasi pertanian di tingkat lokal dan nasional.
b.
Membuka
akses petani terhadap informasi pertanian untuk:
ü
Meningkatkan
peluang potensi peningkatan pendapatan dan cara pencapaiannya,
ü
Meningkatkan
kemampuan petani dalam meningkatkan posisi tawarnya,
ü
Meningkatkan
kemampuan petani dalam melakukan diversifikasi usahatani dan merelasikan
komoditas yang diusahakannya dengan input yang tersedia,jumlah produksi yang
diperlukan dan kemampuan pasar menyerap output.
c.
Mendorong
terlaksananya kegiatan pengembangan, pengelolaan dan pemanfaatan informasi pertanian
secara langsung maupun tidak langsung untuk mendukung pengembangan pertanian
lahan marjinal.
d.
Memfasilitasi
dokumentasi informasi pertanian di tingkat lokal (indigeneous knowledge) yang dapat diakses secara lebih luas untuk
mendukung pengembangan pertanian lahan marjinal.
Salah
satu tujuan dari pembangunan pertanian adalah untuk meningkatkan standar hidup
masyarakat (petani) melalui pertanian modern yang berkelanjutan untuk mendukung
pengembangan suatu kawasan. Beberapa kebijakan yang sudah ditempuh oleh
pemerintah untuk meningkatkan produksi pertanian antara lain melalui
intensifikasi ekstensifikasi pertanian termasuk juga di dalamnya diversifikasi
pertanian. Langkah-langkah ini perlu dilaksanakan mengingat sektor pertanian memegang
peran yang sangat penting dalam meningkatkan perekonomian suatu wilayah
dan pendapatan masyarakat.
Untuk
menerapkan sistem pertanian berkelanjutan, tentunya harus berorientasi pada
kelestarian sumberdaya lahan. Hal ini salah satunya dapat dicapai melalui
perencanaan dan pengelolaan penggunaan lahan yang efektif dan sesuai
berdasarkan kesesuaian dan kemampuan lahan dan pemanfaatan lahan yang
berkelanjutan hanya dapat dicapai dengan memperhatikan aspek-aspek konservasi
dan daya regenerasi suatu kawasan.
Perencanan
dan pengolahan wilayah untuk penggunaan lahan membutuhkan sebuah informasi yang
memadai untuk membantu dalam pengambilan keputusan mengenai penggunaan lahan
yang tepat dan dalam perencanaan harus didasarkan pada pemahaman lingkungan
biofisik dan pertimbangan penggunaan lahan dipertimbangkan sehingga pengambilan
keputusan untuk pemanfaatan lahan pertanian menuntut alokasi penggunaan lahan
yang tepat dengan tetap melestarikan sumber daya lahan untuk masa depan.
Untuk
mengimbangi percepatan laju informasi khususnya di bidang penyediaan data dan
informasi sumberdaya lahan, maka suatu sistem pengelolaan informasi
database sumberdaya lahan sangat diperlukan. Peran teknologi disini
sangat penting, dimana seiring dengan berkembangnya teknologi, informasi
berupa database dapat disimpan, dikelola dan diproses untuk
dianalisis lebih lanjut dengan menggunakan prosedur komputer dan akses terhadap
data termasuk pemanfaatannya dapat dilaksanakan secara optimal melalui sistem
pengelolaan data yang baik. Kemajuan teknologi informasi dan dan komputer telah
memunculkan suatu sistem yang dapat digunakan untuk mengelola dan menganalisis
data geografis wilayah yang dikenal sebagai sistem informasi geografis (GIS). GIS
dengan kemampunnya sebagai penyimpan data yang baik serta mampu memanejemen
data walaupun jumlah data itu begitu besar, akan sangup menerima tantangan
tersebut. Selain dapat memajemen data dari berbagai bentuk, pengintergrasian
antara data spasial dan data atribut dalam suatu analisis akan dapat memberikan
gambaran nyata tentang kondisi suatu daerah (spasialnya) serta informasi (data
atribut) dari daerah tersebut dalam waktu bersamaan.
E. Pembahasan Umum dan
Kesimpulan
Sistem
GIS ini bukan semata-mata software atau aplikasi komputer, namun merupakan
keseluruhan dari pekerjaan managemen pengelolaan lahan pertanian, pemetaan
lahan, pencatatan kegiatan harian di kebun menjadi database, perencanaan sistem
dan lain-lain. Sehingga bisa dikatakan merupakan perencanaan ulang pengelolaan
pertanian menjadi sistem yang terintegrasi.
Dalam
menerapkan sistem pertanian berkelanjutan tidak terlepas dari pengaruh
perkembangan iptek termasuk perkembangan teknologi informasi dan komunikasi.
Integrasi yang efektif antara TIK dalam sektor pertanian akan menuju pada
pertanian berkelanjutan melalui penyiapan informai pertanian yang tepat waktu,
relevan, yang dapat memberikan informasi yang tepat kepada petani
dalam proses pengambilan keputusan berusahatani untuk meningkatkan produktivitasnya.
TIK dapat memperbaiki aksesibilitas petani dengan cepat terhadap informasi
pasar, input produksi, trenkonsumen, yang secara positif berdampak pada
kualitas dan kuantitas produksi mereka. Informasi
pemasaran, praktek pengelolaan ternak dan tanaman yang baru, penyakit dan
hama tanaman/ternak, ketersediaan transportasi, informasi peluang pasar dan
harga pasar input maupun output pertanian sangat penting untuk efisiensi
produksi secara ekonomi.
Dari uraian penjelasan tersebut,
dapat disimpulkan bahwa GIS ini sangat
menguntungkan dan membatu khususnya untuk para petani. Hal ini dikarenakan GIS memungkinkan mendukung petani untuk
kegiatan budidaya pertanian, pembangunan ekonomi, penguatan kelembagaan
masyarakat, perencana masyarakat, untuk melakukan penelitian dan menyusun
kegiatan-kegiatan yang akan memungkinkan keberlanjutan produksi pangan, sandang
dan energi untuk menjamin kelangsungan perikehidupan masyarakat. Misalnya
penerapan pertanian organik, penerapan presisi pertanian, kajian lahan yang
paling menguntungkan untuk usaha-usaha pertanian, dan penilaian evaluasi lahan
untuk pengembangan komoditi pertanian yang memiliki sistem pasar yang
prospektif, penetapan lahan-lahan
pertanian yang potensial untuk mendukung ketahanan pangan, lahan pertanian
untuk pengawetan untuk mengamankan produksi pangan dan konservasi sumber daya
lahan melalui kegiatan mengumpulkan, mengelola, menganalisa, melaporan, dan
sejumlah besar data terkait pertanian berkelanjutan.
DAFTAR
PUSTAKA
Abdullah, T.S. 1993. Survai
Tanah dan Evaluasi Lahan. Jakarta: Penebar Swadaya.
Andyanto. 2011. Aplikasi
Sistem Informasi Geografi (online). http://kuliahitukeren. blogspot.com/. Diakses 8 Oktober 2013.
Arsyad, S. 2006. Konservasi
Tanah dan Air. Bogor: IPB Press.
Murai, Sunji (2000) Lecture Notes;
Caravan Workshop on GIS, RS and GPS data Utilization, Bandung 16-22 Oxford
University Press, 1998
Prahasto, Eddy, 2003. Sistem Informnasi Geografi. Bandung:
Informatika.
Senawi. 1999. Evaluasi dan Tata Guna Lahan Hutan. Yogyakarta: Fakultas
Kehutanan Universitas Gajah Mada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar